Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada pembelajaran Bahasa Inggris dengan Memanfaatkan Flashcards sebagai Media Pembelajaran sederhana (Karya Tulis)

Oleh.

Katrina Hapili, S.Pd

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha humanism, Dalam Undang-Undang System Pendidikan Indonesia bab I masalah ketentuan umum disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Azyumardi (Darmaningtyas, 1998:15) menyebutkan bahwa Pendidikan diperlukan manusia, agar secara fungsional manusia diharapkan mampu memiliki kecerdasan (intelligence, spiritual dan emosional) untuk menjalani kehidupan yang bertanggungjawab, baik secara pribadi, sosial, maupun profesional. Dalam bahasa pedagogi, pendidikan bertujuan guna memenuhi tiga aspek, yaitu aspek Apektif, Kognitif dan Psikomotor.
Dalam sistem pengajaran yang ada masih nampak bahwa pembelajaran hanya merupakan proses pemindahan pengetahuan guru kepada siswa. Kecenderungan ini mengakibatkan siswa menjadi pasif dalam sebuah pembelajaran yang hanya duduk, diam, mendengarkan ceramah, dari Guru.
Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang dan jenis pendidikan baik pendidikan umum maupun pendidikan kejuruan. Bahasa Inggris merupakan kunci untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang lain dan merupakan alat komunikasi yang di gunakan di hampir seluruh dunia atau lebih di kenal sebagai bahasa Internasional. Oleh karena itu, Bahasa Inggris sangat penting untuk di pelajari oleh siapa saja mengingat Bahasa Inggris merupakan Bahasa dunia sehingga cara mempelajarinya memerlukan aktivitas mental yang tinggi dan memerlukan cara belajar yang berjenjang sesuai karakteristik Bahasa Inggris. Kenyataan yang ada sekaran ini rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran bahasa Inggris walaupun telah dilakukan berbagai upaya perbaikan, baik kurikulum, sarana dan prasarana penunjang pendidikan, pembekalan guru-guru lewat pelatihan-pelatihan, seminar, inovasi pendidikan lainnya. Hal ini diakibatkan karena daya tarik siswa untuk belajar bahasa Inggris semakin menurun serta bahasa Inggris dipandang sebagai mata pelajaran yang sukar dan tidak menyenangkan. Bahkan didapati pelajaran bahasa Inggris masih merupakan momen bagi sebagian siswa dan faktor utama menurunnya hasil belajar siswa adalah tidak termotivasi untuk belajar Bahasa Inggris.
Dalam belajar Bahasa Inggris pertama-tama dituntut adalah perhatian, ketekunan, dan motivasi yang tinggi dalam menerima mata pelajaran. Motivasi dalam belajar Bahasa Inggris adalah tidak hanya merupakan energi yang menggerakkan siswa tetapi juga merupakan pengaruh aktivitas dalam belajar.
Didalam proses belajar mengajar khususnya pada pelajaran Bahasa Inggris ada beberapa permasalahan yang muncul dari siswa seperti :
 Tidak dapat melaksanakan tugas (belajar) karena tidak mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
 Tidak “Mau” melakukan tugas tertentu, meskipun sebenarnya mempunyai kemampuan yang diperlukan Hal ini disebabkan berbagai factor seperti topik yang diajarkan tidak menarik. Cara mengajar guru yang tidak jelas atau karena khawatir dengan konsekuensi yang harus ditanggung apabila mengalami kegagalan.
 Siswa yang tidak ada keberanian dalam mengajukan pertanyaan.
 Kurangnya penguasaan siswa terhadap materi Bahasa Inggris.
 Kurangnya latihan keterampian berbahasa.
 Penggunaan metode yang tidak bervariasi.
Dari siswa kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum tuntas mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan oleh guru. Sebagai contoh yang dialamai penulis di SMK Negeri 4 Gorontalo, dimana pembelajaran Bahasa Inggris pada materi Present continuous tense dalam hal membuat kalimat berdasarkan gambar, dari hasil evaluasi menunjukan hasil sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil prestasi belajar siswa dimana dari 24 orang hanya 10 orang siswa yang mencapai nilai penguasaan materi di atas 65% .
Berdasarkan realitas tersebut dan untuk meningkatkan penguasaan terhadap materi pelajaran, penulis melaksanakan pemantapan kemampuan professional dalam bentuk karya tulis yang disusun berdasarkan laporan.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan data yang diperoleh selama proses belajar mengajar berlangsung untuk ternyata dari 24 jumlah hanya 10 siswa mencapai tingkat penguasaan materi di atas 65%
Jumlah siswa hanya 10 orang yang memiliki tingkat penguasaan materi di atas 65%. Hal ini dapat dilihat penulis dari kegiatan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dari hasil Tanya jawab supervisor dan teman sejawat, terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran antara lain:
– Rendahnya hasil belajar siswa diakibatkan tidak termotivasi belajar Bahasa Inggris.
– Siswa kurang memiliki pemahaman yang memadai tentang materi yang diajarkan.
– Siswa tidak ada keberanian dalam mengajukan pertanyaan.
– Kurangnya pendekatan pembelajaran yang digunakan Guru.
– Kurangnya latihan dan contoh.
– Kurangnya latihan keterampilan berbahasa.
– Penggunaan metode yang tidak bervariasi.
Analisis Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil diskusi dengan supervisor dan teman sejawat serta factor penyebabnya adalah :
– Kurang tersedianya fasilitas media atau alat peraga yang dapat menunjang proses pembelajaran di dalam kelas.
– Kurangnya pendekatan pembelajaran yang digunakan guru.
– Rendahnya hasil belajar siswa diakibatkan tidak termotivasi belajar Bahasa Inggris.
– Kurangnya keterampilan berbahasa yang di miliki oleh siswa (membaca, menulis, mendengar, dan berbicara).
– Guru tidak menggunakan metode yang bervariasi.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang identifikasi masalah dan analisis perumusan masalah diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah untuk mata pelajaran Bahasa Inggris adalah “ BAGAIMANA CARA GURU MENGAKTIFKAN SISWA DALAM MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN SEHINGGA SISWA TERMOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS “
Tujuan
Penyusunan Karya tulis ini bertujuan Agar terjadi peningkatan perbaikan komponen keterampilan mengajar guru yag disusun berdasarkan catatan yang dibuat ketika merancang kegiatan perbaikan pembelajaran Bahasa Inggris .
Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
– Dapat menambah wawasan dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pelajaran Bahasa Inggris.
– Merupakan wahana untuk memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian serta membentuk kemampuan dan keterampilan dalam mengembangkan ide-ide yang terkait dengan adanya informasi tentang proses pembelajaran.
2. Bagi Siswa.
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat mempermudah siswa dalam mengerjakan soal Bahasa Inggris sehingga dapat meningkatkan hasil siswa.
Diharapkan siswa lebih berperan dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada topic Present continuous tense dalam hal membuat kalimat berdasarkan gambar.
3. Bagi sekolah
– Melalui penelitian dapat diperoleh informasi ilmiah tentang solusi meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Inggris.
– Merupakan bahan informasi yang digunakan untuk pembinaan guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Hasil Belajar
Belajar merupakan usaha manusia untuk mengembangkan pengetahuan dalam dirinya, serangkaian dengan keinginan manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek yang menerima pelajaran (sasaran anak didik), sedangkan mengajar menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh seorang guru sebagai pengajar.
Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi interaksi guru pada saat pengajaran itu berlangsung. Inilah makna belajar dan mengajar sebagai suatu proses. Interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Mengingat kedudukan siswa sebagai subyek dan sekaligus sebagai obyek dalam mencapau suatu tujuan pembelajaran .
Ahmad Sabri (dalam Quantum Teaching, 2005:34) mengemukakan : “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan dalam diri seseorang”. Inilah yang merupakan inti dari proses pembelajaran. Perubahan tersebut bersifat internal, positif aktif dan efektif fungsional.
1. Perubahan internal yaitu perubahan yang terjadi karena pengalaman atau praktek yang dilakukan, proses belajar dengan sengaja dan disadari, bukan terjadi secara kebetulan.
2. Perubahan yang bersifat positif aktif, yaitu perubahan yang bermanfaat sesuai dengan harapan pelajar, disamping menghasilkan suatu yang terjadi karena usaha yang dilakukan pelajar, bukan terjadi dengan sendirinya.
3. Perubahan yang bersifat efektif yaitu perubahan yang memberikan pengaruh yang relative tetap serta dapat diproduksi atau bermanfaat setiap kali dibutuhkan.
Selain itu Alipandie (2001:1) mendefinisikan : “ Belajar sebagai suatu proses yang dilakukan oleh seorang guru untuk memperoleh perilaku yang menetap sebagai bentuk perilaku yang baru tersebut dinamakan hasil belajar “.
Dimyati (2006:261) mengemukakan : “ Hasil belajar merupakan kemampuan siswa dalam belajar sehingga memiliki pengalaman dalam bentuk penguasaan terhadap ilmu pengetahuan serta memiliki perubahan sikap dan keterampilan sebagai hasil dan usaha yang dilakukannya “.
Dari pendapat diatas terdapat sejumlah factor yang menjadi ciri aktivitas belajar sebagai berikut :
1. Belajar sebagai suatu perubahan yang terjadi melalui atau pengalaman; dalam arti perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dapat disebut sebagai hasil belajar.
2. Belajar merupakan perubahan tingkah laku, artinya perubhan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik.
3. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relative menetap, harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang.
4. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian meliputi perubahan dalam pengertian berfikir, pemecahan masalah, kebiasaan dan sikap.
Sejalan dengan itu Bloom (dalam Masidjo 1995:92) bahwa hasil belajar harus menunjukkan tiga ranah yang biasa dikenal dengan taksonomi tujuan intruksional, yakni ;
1. Ranah kognitif meliputi : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
2. Ranah apektif meliputi : penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.
3. Ranah psikomotor meliputi : persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakah terbiasa, dan gerakan kompleks.
Sudjana (1988:56) mengemukakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berarti antara lain sebagai berikut :
1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana seharusnya.
3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek laind apat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya.
4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotor.
5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Manfaat Hasil Belajar Dari Media Pembelajaran
Salah satu komponen pembelajaran hasil belajar dan media pembelajaran tak luput dari sistim pembelajaran secara menyeluruh. Pemanfaat media dan hasil belajar merupakan bagian yang harus mendapat perhatian para guru, baik status formal maupun non formal dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar dan media pembelajaran pendidikan formal adalah salah satu cara membatu siswa untuk membangun pengetahuan dalam struktur kognitifnya. Hasil belajar dari media pembelajran bertujuan untuk menfasilitasi siswa yang mengalami kesulitan dengan mengalokasikan secara khusus agar siswa dapat membangun pengetahuan dan pemahamannya.
Tujuan hasil belajar dan media pembelajaran pada siswa sebagai berikut :
1. Menentukan konteks pembelajaran secara keselurahan untuk semua mata pelajaran yang dibutuhkan siswa.
2. Menentukan hasil belajar yang terpilih dan sesuai untuk dilaksanakan dengan keadaan yang ada dan dibutuhkan oleh siswa yang bersangkutan.
PEMBAHASAN
Pentingnya Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan salah satu factor penting untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam belajar yang berupa kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa belajar pada hakekatnya membawa perubahan baik tingkah maupun potensi yang dimiliki seseorang. Perubahan belajar itu adalah didapatkannya kecakapan baru, terjadi karena adanya usaha dengan sengaja dalam suatu proses lingkungan. Agar lingkungan ini dapat member pengaruh positif dan mempermudah terjadinya proses belajar individu (peserta didik), maka lingkungan ini perlu dimanipulasi sedemikian rupa. Usaha manipulasi ini disebut pembelajaran. Oleh karena itu penilaian terhadap proses belajar tidak hanya bermanfaat bagi guru akan tetapi juga para siswa yang pada saatnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang pada saatnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Hasil belajar merupakan salah satu faktor penting untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam belajar yang berupa kemampuan-kemampuan dimiliki siswa setelah mereka menerima pengalaman belajar. Dengan demikian untuk mengetahui hasil belajar siswa diperlukan suatu evaluasi setelah siswa mengalami proses belajar. Alat yang digunakan untuk melihat hasil belajar adalah tes, baik yang berwujud lisan, tulisan, maupun tugas-tugas.
Peranan Guru Dalam Pembelajaran
Kondisi pembelajaran merupakan factor yang mempengaruhi penggunaan strategi atau pendekatan dalam meningkatkan hasil belajar.
Gage dan Bralier yang dikutip Dimyati dan Mudjiono (1994:40) dan Prasetyo Irawan (1996:43) mengemukakan strategi untuk merangsang minat dan perhatian siswa yakni :
 Menggunakan metode dan pendekatan yang bervariasi.
 Menggunakan media.
 Bila dirasa tepat menggunakan humor dalam proses pembelajaran.
 Menggunakan peristiwa nyata, anekdot dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang diutarakan.
 Melibatkan teknik bertanya untuk melibatkan siswa.
Pendekatan Pembelajaran
Dalam mengajar Guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pendangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.
Menurut Ismail (2005:53) bahwa pendekatan pembelajaran merupakan suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahasa suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Hal yang senada juga dikemukakan oleh Ruseffendi (1988:240) bahwa pendekatan pembelajaran adalah suatu jalan cara atau kebijakan yang ditempuh guru siswa dalam mencapai tujuan pengajaran itu dilihat dari sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau khusus.
Media Pembelajaran
Pengertian Media
Media pembelajaran Bahasa Inggris sangat penting untuk membantu siswa memperoleh konsep baru, keterampilan dan kompetensi bahasa. Mereka banyak jenis media yang dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar tetapi guru harus selektif saat memilih.
Gagne (dalam Sadiman dkk, 1990:6) menyatakan bahwa “ Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar “. Sementara itu Briggs (dalam Sadiman dkk 1990:5) berpendapat bahwa “ Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar“.
Apapun batasan yang diberikan, ada persamaan-persamaan diantaranya yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Pada dasarnya media digunakan sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids) alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual yaitu gambar, model, objek, dan alat-alat yang dapat memberingan pengalaman kongkrit, motivasi serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Dengan adanya kemajuan ilmu teknologi yang menemukan media lain yakni audio membuat pengertian media tidak hanya terbatas sebagai alat bantu guru namun lebih jauh sebagai alat penyalur pesan dari pemberi pesan (guru) ke penerima (siswa).
Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Secara umum media pembelajaran digolongkan dalam dua macam yaitu medua audio dan media visual yang dalam istilah dikenal dengan media audio visual. Briggs (Sudirmsan dkk 1990:23) mengidentifikasi 13 media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar yaitu : objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparan, film bingkai, film televise dan gambar dan flash card.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan media flash card untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris terutama dalam hal vocabulary (kosakata) yang merupakan modal utama siswa dalam menjelaskan gambar dengan pola present continuous tense.
Flash Card
Flash card adalah kartu kecil dengan gambar atau simbol pada mereka digunakan baik dalam mengajar dan dalam pekerjaan pembangunan. Di dalam kelas, flashcards biasanya untuk mengajar “vocabulary” atau reading. Sebuah gambar misalnya tentang suatu kegiatan siswa yang sedang belajar . Para siswa di dorong untuk mengasosiasikan gambar dan kata-kata melalui berbagai tampilan dan mengatakan kegiatan yang sedang di lakukan dalam gambar.
Dalam mengajar dan mengembangkan flashcards sebisa mungkin memiliki gambar yang menarik yang berhubungan dengan kegiatan siswa baik di rumah maupun di sekolah. Hal ini sangat berguna untuk merangsang siswa untuk berperan aktif di dalam kelas.
Cara menggunakan flashcards.
Untuk menggunakan flashcards dalam situasi kelas seperti belajar membaca menunjukan gambar dan kata bersama-sama. Meminta siswa untuk melihat gambar dan mengatakan kegiatan apa yang di jelaskan dalam gambar. Kemuadian mereka melihat kata dan mengatakannya lagi. Namun harus diingatkan kembali bahwa dalam membuat kalimat agar digunakan pola present continuous tense. Dengan demikian siswa bisa dengan mudah menjelaskan kegiatan yang di munculkan di gambar.
Kegunaan Media Dalam Pembelajaran
Secara umum media pembelajaran mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka) mengatasi keterbatasan ruang waktu dan daya indra.
2. Menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi kebosanan (boring) dan memberikan semangat siswa untuk belajar dan menguasai pelajaran dalam hal ini Bahasa Inggris.
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Siswa termotivasi dengan penggunaan media pembelajaran.
2. Hasil belajar siswa meningkat dengan penggunaan media dalam pembelajaran
SARAN
1. Dalam pembelajaran hendaknya guru tetap memperlihatkan media pembelajaran.
2. Pengajar (guru) mampu merancang scenario tentang media pembelajaran dari suatu topic yang di identifikasikan menurut peserta belajar.
3. Pada pembelajaran hendaknya Guru lebih menunjukkan kemampuannya untuk meningkatkan kwantitas siswa dan kualitas peserta didik dalam menguasai materi pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

H.A.R Tilaar. Pendidikan kebudayaan dan masyarakat madani Indonesia. Remaja
Rosdakarya, Bandung (1994).

Umar Tutharjo dan Lasulo. Pengantar Pendidikan, Depdikbud, Jakarta (1994)
Madyo Eko Susilo dan R.B Kasihadi. Dasar –dasar pendidikan Effhor publishing,
Semarang (1990).

Drs. Arsito Rahadi. Media pembelajaran. Departemen pendidikan Nasional
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan menengah Direktorat Tenaga
Kependidikan (2003)