Peran Wirausaha Dalam Meningkatkan Perekonomian (makalah)

Oleh.

Syamsiah, S.Pd

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kemajuan ekonomi suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh sumber daya alam yang dimiliki oleh bangsa tersebut akan tetapi kemampuan sumber daya manusia memiliki peran yang sangat penting untuk mampu menggerakkan semua potensi yang ada untuk meningkatkan kemampuan ekonomi bangsa itu sendiri. Kenyataan menunjukan bahwa, negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi saat ini tidak tergantung pada potensi sumber daya alam yang dimilikinya. Beberapa negara yang bisa kita lihat saat ini adalah Jepang, Singapura dan Taiwan yang saat ini telah menjadi negara industri dengan tingkat pertumbuhan eknomi yang sangat diperhitungkan dalam percaturan ekonomi global.
Pertumbuhan ekonomi sebuah negara tidak hanya tergantung kepada pemerintah untuk mengelolah dan menggerakkan semua potensi sumber daya alamnya akan tetapi bagaimana pemerintah mampu menggerakkan sektor-sektor swasta dan memberikan regulasi dan fasilitas kepada masyarakat untuk mendapatkan akses serta memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk bisa berinvestasi dalam menggerakan roda perekonomian masyarakat. Kenyataan menunjukan bahwa ketika badai krisis ekonomi yang melanda beberapa negara di kawasan Asia termasuk Indonesia, banyak sektor keuangan yang dikendalikan oleh pemerintah mengalami krisis yang parah, akan tetapi sektor-sektor rill seperti UKM (Usaha Kecil Menengah) lebih bertahan dalam menghadapi krisis saat itu.
Seiring dengan perkembangan ekonomi global yang disepekati oleh semua negara di dunia melalui WTO (World Trade Organization) yang diikuti dengan berbagai macam bentuk kerja sama antar kawasan seperti APEC, AFTA dan bahkan sekarang kita akan memasuki MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi bangsa Indonesia dalam memacu pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan agar sejajar dengan bangsa-bangsa lain.
Untuk menjawab tantangan dan kebutuhan akan pertumbuhan ekonomi Indonesia agar bisa bersaing dengan negara lain, maka pemerintah perlu memberikan kemudahan-kemudahan fasilitas dan regulasi serta pendidikan dan ketrampilan dan mendorong masyarakat untuk berjiwa wirausaha (enterpreneurship) sehingga masyarakat dapat menciptakan lapangan kerja baru. Oleh karena itu, jiwa kewirausahaan harus dibangun dari sekolah melalui pendidikan formal maupun non formal.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka masalah yang dirumuskan dalam makalah ini adalah:
1. Pentingnya Memahami Proses Kewirausahaan
2. Identifikasi Peluang Bisnis dalam Kewirausahaan
3. Pentingnya Menejmen Bisnis dalam Kewirausahan

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah adalah:
1. Untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan peserta didik
2. Untuk mengetahui karakteristik dan mengindentifikasi peluang dalam berwirausaha
3. Untuk mengetahui strategi dalam membangun usaha.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Proses Kewirausahaan
Istilah kewirausahaan sudah lama menjadi wacana di Indonesia baik pada tingkat formal di perguruan tinggi dan pemerintahan ataupun pada tingkat nonformal pada kehidupan ekonomi di masyarakat. Dilihat dari terminilogi, dulu dikenal adanya istilah wiraswasta dan
kewirausahaan. Sekarang tampaknya sudah ada semacam konvensi sehingga istilah tersebut
menjadi wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneurship).
Dahulu orang beranggapan bahwa kewirausahaan adalah bakat bawaan sejak lahir (entrepreneurship are born nat made) dan hanya diperoleh dari hasil praktek ditingkat lapangan dan tidak dapat dipelajari dan diajari, tetapi sekarang kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan.
Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya (Suryana, 2001). Dalam konteks bisnis, menurut Zimmerer (1996) dalam Suryana (2001), kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar.
Wirausaha secara histories sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada tahun 1755. Diluar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20. Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenal dengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer.
Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an dibeberapa Negara seperti di Eropa, Amerika, dan Canada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan entrepreneurship atau small business management.
Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan disegala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.
Dalam bidang pemerintahan seperti dikemukakan oleh Osborne dan Gaebler (1992), pemerintahan saat ini dituntut untuk memberi corak kewirausahaan (entrepreunerialgovernmemt). Dengan memiliki jiwa/corak kewirausahaan, maka birokrasi dan institusi akan memiliki motivasi, optimisme, dan berlomba untuk menciptakan cara-cara baru yang lebil efisien, efektif, fleksibel dan adaptif. Terdapat banyak definisi kewirausahaan yang pada intinya relative sama seperti dikemukakan oleh Drucker (1994), Zimemerer (1996) Suryana (2001), Longenecker dkk (2001), Syis dalam Wijandi (1988), Say (1800) dalam Osborne & Gaebler (1992), Sumahawijaya (1980) dalam Wijandi (1988) dan Siagian.
Seorang dikatakan sebagai wirausahawan apabila memiliki segenap ciri-ciri wirausaha tangguh , dan wirausahawan unggul. Sedangkan dilihat dari jenisnya terbagi kedalam tiga kelompok yaitu Administrative Entrepreuner, Innovative Entrepreuner, dan Catalist Entrepreuner. Pemicu kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal serta faktor lainnya seperti penyebab keberhasilan, kegagalan, dan kerugian berwirausaha. Model proses kewirausahaan terdiri atas fese awal (perintisan) dan fase pertumbuhan .
Oleh karena itu seorang wirausaha diharapkan memahami hal-hal yang berhubungan dengan pengertian dan ruang lingkup kewirausahaan serta proses kewirausahaan. Secara khusus anda diharapkan dapat menjelaskan berbagai definisi kewirausahaan dan proses kewirausahaan yang terdiri atas:
a. Faktor-faktor pemicu kewirausahaan,
b. Model proses kewirausahaan,
c. Langkah menuju keberhasilan wirausaha, dan
d. Faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan wirausaha, serta keuntungan dan kerugian berwirausaha.

2.2 Kakteristik Dalam Kewirausahaan
Kegiatan wirausaha tidak dapat dilepaskan dari unsur individu wirausahawan itu sendiri. Maju mundurnya usaha wirausahawan akan sangat ditentukan oleh inisiatif, gagasan dan inovasi, karya dan kreatifitas serta berfikir positif. Keberhasilan wirausaha dicapai apabila wirausahawan menggunakan gagasan terhadap produk, proses, dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk mengendalikan perubahan.
Inovasi ala Schumpeter terdiri dari dua sisi pengertian yaitu, technical world and business world. Dari sisi teknis, perubahan teknologi disebut invensi namun manakala bisnis terlibat didalamnya maka upaya itu disebut inovasi.
Drucker (1998) dalam KAdjatmiko & Gana (2001) berpandangan bahwa inovasi sesungguhnya bersumber pada suatu yang eksis di perusahaan, dan diluar perusahaan. Ducker(1998) dalam Kadjatmiko & gama (2001) menyatakan bahwa inovasi yang efektif adalah sederhana, fokus, menerima apa ang dikatakan orang, spesifik, jelas, dimulai dari yang kecil dan desain aplikasi yang hati-hati.
Ciri utama wirausahawan (Drucker, 1983) dalam purnomo (1999), adalah mereka yang selalu mencari perubahan , berusaha mengikuti dan menyesuaikan pada perubahan itu, serta memanfaatkannya sebagai peluang serta mampu memilih dan mengambil keputusan alternative yang paling tinggi produktivitasnya. Terdapat Sembilan ciri pokok keberhasilan, dan bukan ciri-ciri pribadi (personal traits)
1. dorongan prestasi yang tinggi,
2. bekerja keras, tidak tinggal diam,
3. memperhatikan kualitas produknya, baik barang maupun jasa,
4. bertanggung jawab penuh,
5. berorientasi pada imbalan yang wajar,
6. optimis,
7. berorientasi pada hasil karya yang baik (excellence oriented),
8. mampu mengorganisasikan, dan
9. berorientasi pada uang
Wirausahawan yang berhasil juga merupakan pemimpin yang berhasil. Dikatakan sebagai pemimpin karena mereka harus mencari peluang-peluang, melalui proyek-proyek,
mengumpulkan sumber daya (bahan, teknologi, manusia dan modal) yang diperlukan untuk melaksanakan proyek, menentukan tujuan, baik untuk mereka sendiri maupun untuk orang lain, dan memimpin serta membimbing orang lain untuk mencapai tujuan.
Seorang pemimpin yang efektif akan selalu mancari cara-cara yang lebih baik. Pemimpin yang berhasil adalah jika dalam kegiatan percaya pada pertumbuhan yang berkesinambungan, efesien yang meningkat, dan keberhasilan yang berkesinambungan dari bisnis perusahaannya. Kadarsan (2001), menyatakan bahwa kepemimpinan (leadership) adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok sehingga memiliki empat aplikasi tentang kepemimpinan.
Bedasarkan unsur-unsurnya kepemimpinan terbagi ke dalam lima yaitu, leader, pengikut, organisasi, objective dan lingkungan. Seorang pemimpin dalam melakukan kepemimpinannya dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan yang dirasakan (perceived power), seperti Memaksa (Coercive), Imbalan(Reward), Sah (Legitimate), Ahli (Expert), Dan Referensi (Referent). Begitu pula dalam melakukan kegiatan seorang pemimpin dipengaruhi oleh lingkungan baik internal maupun eksternal perusahaan.
Wirausahawan yang juga merupakan seorang pemimpin perusahaan harus menyadari tujuan perusahaan akan dapat di capai dengan baik jika terbentuk jalinan kerja sama yang baik antara lingkungan internal dan eksternal. Fungsi-fungsi kepemimpinan menurut Hasibun (1987) terdiri atas 9 fungsi, sedangkan menurut Salim (1998) dalam mengefektifkan manajemen proses, seorang pemimpin harus melakukan kegiatan kepemimpinannya yang terdiri atas 17 hal.
Menurut Marshall (1996), kepemimpinan yang tepat pada saat ini adalah kepemimpinan kolaborasi, dimana seorang pemimpin memiliki fungsi uama sebagai sponsor, sebagai fasilisator, sebagai pelatih, sebagai papan gema, sebagai agen katalis, sebagai dokter, sebagai anggota, serta sebagai manajer administrator.
Menurut Reddin (1970), dengan teori tiga dimensi kepemimpinan dilihat dari aktifitasnya, tipe kepemimpinan dibagi menjadi 8 tipe, yaitu Deserter, Bureaucrat, Missionary, Develop, Autocrat, Benevolent, Autocrat Compromise, dan Excecutif. Pada modul ini secara umum Anda diharapkan mampu memahami hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik kewirausahaan. Secara khusus anda diharapkan dapat menjelaskan pengertian inisiatif, gagasan, karya, dan kreatifitas serta kepemimpinan dalam kewirausahaan.

2.3 Identifikasi Peluang Bisnis dalam Kewirausahaan
Seorang wirausahawan dapat menambahkan nilai suatu barang dan jasa melalui inovasi. Keberhasilan wirausahawan dicapai apabila wirausahawan menggunakan produk, proses, dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk menggali perubahan. Oleh sebab itu, inovasi merupakan instrumen penting untuk memberdayakan sumber-sumber yang ada agar menghasilkan suatu yang baru dan menciptakan nilai. Wirausahawan dapat menciptakan nilai dengan cara mengubah semua tantangan menjadi peluang melalui ide-idenya dan pada akhirnya menjadi pengendali usaha (busines driven) dan pengendali pasar ( market driven).
Kreativitas sering kali muncul dalam bentuk ide-ide untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa baru. Ide dapat digerakkan secara internal melalui perubahan cara-cara/metode yang lebih baik untuk melayani dan memuaskan pelanggan dalam memenuhi kebutuhannya (produk dan jasa baru). Banyak wirausahawan yang berhasil bukan berdasarkan ide sendiri tetapi berdasarkan hasil pengamatan dan penerapan ide-ide lain. Agar ide-ide yang potensial menjadi peluang bisnis real, maka wirausahawan harus mencari dan mengindentifikasi sumber-sumber potensial peluang bisnis tersebut .
kegiatan mengindentifikasi merupakan upaya awal dari wirausahawan untuk dapat masuk ke pasar. Dengan kegiatan identifikasi ini, wirausahawan akan dapat mengetahui tingkat persaingan, strategi industri, tujuan pesaing, menilai kekuatan dan kelemahan pesaing, dan mengestimasi pola persaingan. Untuk dapat menganalisis peluang usaha, wirausahawan harus mengetahui beberapa alat analisis seperti SWOT, Matrik Profil Kompetitif, dan Matrik BCG.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha atau memasuki dunia usaha, yaitu merintis usaha baru (starting) , membeli perusahaan orang lain (buying), dan kerjasama manajemen (franchingsing).
Kegiatan pengembangan kewirausahaan pada modul ini difokuskan pada usaha kecil. Kekuatan usaha kecil mempunyai beberapa kelebihan, yaitu memiliki kebebasan untuk bertindak, fleksibel, dan tidak mudah goncang, sedangkan beberapa kelemahannya, yaitu dalam bentuk kelemahan struktural dan fokus (focus). Fokus utama dalam mengembangkan kewirausahaan ini harusnya ditekankan pada penciptaan nilai tambah untuk meraih keunggulan daya saing (competitive advantage) melalui pengembangan kemampuan khusus (kewirausahaan) sehingga perusahaan kecil tidak lagi mengendalikan strategi kekuatan pasar melalui monopoli dan fasilitas pemerintah.

2.4 Manajemen Bisnis dalam Kewirausahaan
Suatu usaha yang telah dipilih oleh wirausahawan tidak serta merta akan memberikan jaminan bahwa usaha yang dipilihnya tersebut akan mendatangkan keuntungan jika usaha tersebut tidak dikelola secara professional. Pengelolaan usaha yang baik dapat anda lakukan dengan mengacu pada manajemen bisnis, langkah ini merupakan salah satu jalan menuju keberhasilan usaha.
Dalam manajemen bisnis, aspek-aspek yang memerlukan perhatian terdiri atas Manajemen Produksi, Manajemen Keuangan, Manajemen Pemasaran, dan Manajemen Sumber Daya Manusia.

2.5 Pengambilan Keputusan dan Strategi Pengambilan Resiko
Pembuatan keputusan merupakan fungsi utama seorang manajer begitu pula bagi seorang wirausahawan. Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengindentifikasian masalah, pencarian alternatif keputusan yang baik. Pembuatan keputusan diperlukan pada semua tahapan kegiatan manajemen baik pada saat proses pembuatan perencanaan, pada tahap implementasi atau operasionalisasi kegiatan maupun pada tahap pengawasan yang mencakup pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian (evaluasi) terhadap hasil pelaksanaan dari rencana agar hasil yang diperoleh sesuai dengan target baik dalam jumlah, mutu, biaya serta penggunaan sumber lainnya secara efektif dan efesien.
Di dalam kegiatan usahanya, wirausahawan akan dihadapkan pada berbagai resiko yang akan mempengaruhi kelangsungan usahanya. Oleh karena itu, wirausahawan dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menghadapinya. Kemampuan tersebut meliputi pemahaman tentang jenis resiko, cara menyikapi resiko, dan metode pengambilan resiko.

2.6 Etika Bisnis, Tantangan serta Permasalahan dalam Kewirausahaan
Wirausahawan sebagai pelaku bisnis dalam interaksinya dengan mitra-mitra usaha akan dihadapkan pada kondisi yang menguntungkan maupun yang merugikan. Wirausahawan akan berada pada lingkungan yang beragam, bila dilihat dari aspek dunia usahanya, status sosialnya, maupun dari aspek norma yang dianutnya, Wirausahawan yang berhasil salah satu cirinya dapat dilihat dari segi kemampuan bergaul dalam kehidupan bisnisnya. Oleh karena itu aspek pergaulan memegang peranan penting, maka bagi seorang wirausahawan disamping memiliki kemampuan meminpin dan berbisnis harus memiliki serta memahami etika bisnis. Disamping dipahaminya etika bisnis, kemampuan mengindentifikasi dan menghadapi permasalahan bisnis pun juga tidak dapat dikesampingkan.

2.6.1 Pengertian Usaha dan Studi Kalayakan Usaha
Anda mungkin sering mendengarkan seseorang berencana melakukan sesuatu usaha atau bisnis untuk memperoleh keuntungan dengan segala resiko yang mungkin terjadi. Tetapi kita juga mungkin pernah mendengar orang lain berusaha tetapi bukan untuk mendapatkankeuntungan. Akhirnya, anda mulai bertanya apakah kedua jenis usaha diatas adalah sama dalam perspektif bisnis. Jika anda tidak memahami pengertian usaha secara baik, tentunya anda tidak akan mampu menjawab pertanyaan tersebut sehingga anda tidak mampu usaha secara baik dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan, oleh karena itu, anda perlu mengetahui pengertian usaha.
Rencana usaha tidaklah semata-mata dapat langsung anda putuskan untuk dilakukan karena banyak ada berbagai hal yang perlu dipertimbangkan agar usaha usaha yang akan dilakukan nantinya dapat menguntungkan bukan sebaliknya menyebabkan kerugian. Oleh karena itu, rencana usaha harus dikaji secara mendalam melalui studi kelayakan usaha yang hasil dari studi itu tersebut membantu anda apakah rencana usaha layak atau tidak untuk dilaksanakan.

2.6.2 Tahapan Studi Kelayakan Usaha dan Aspek-Aspek Kelayakan Usaha
Studi kelayakan usaha bukanlah suatu yang sederhana tetapi merupakan suatu kegiatan yang harus dianggap sebagai proses karena terdiri dari beberapa tahapan. Studi kelayakan juga cukup komplek karena didalamnya terdapat beberapa aspek kelayakan usaha yang harus dikaji untuk menentukan layak atau tidaknya suatu rencana usaha. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil studi kelayakan usaha yang baik, maka kegiatan studi kelayakan usaha haruslah dilakukan secara sistematis sesuai dengan tahapan-tahapannya serta memperhatikan aspek-aspek yang mempengaruhi usaha tersebut.

2.6.3 Analisis Aspek Yuridis dan Analisis Aspek Pasar
Aspek yudiris dan aspek pasar merupakan dua aspek yang cukup menentukan dan menjamin akan kelangsungan suatu kegiatan usaha. Oleh karena itu, kedua aspek ini tidak dapat diabaikan. Karena aspek yudiris merupakan legalitas kelangsungan usaha. sedangkan usaha yang sedang berproduksi akan segera terhenti begitu saja atau terhenti perlahan manakala produk yang dihasilkan tidak memiliki jaminan pasar.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
Kemajuan ekonomi suatu bangsa hanya tergantung pada pemerintah untuk menggerakan serta mengelola semua potensi yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri akan tetapi peran pihak swastapun mempunyai peran yang sangat penting dalam mendorong serta memajukan pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Peran pihak swasta dalam menciptakan lapangan kerja melalui investasi di berbagai sektor harus mendapat perhatian pemerintah untuk memberikan akses dan regulasi yang dapat mendorong serta minat masyarakat untuk berwirausaha.
Di negara-negara maju pemerintah berusaha menumbuhkan jiwa interpreneurship melalui lembaga pendidkan baik formal maupun nonformal melalui pendidikan dan pelatihan secara terus menerus untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi sesuai dengan kebutuhan pasar.Kegiatan kewirausahaan tidak lepas dari unsur individu wirausahawan itu sendiri. Maju mundurnya usaha wirausahawan akan sangat ditentukan oleh insiatif, gagasan dan inovasi, karya dan kreativitas serta berpikir positif. Keberhasilan wirausaha dicapai apabila wirausahawan menggunakan gagasan terhadap produk, proses dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk mengendalikan perubahan.

3.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, penulis dapat mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh besarnya sumber daya alam yang dimiliki oleh bangsa itu, akan tetapi kemampuan masyarakat untuk bewirausaha juga sangat menetukan pertumbuhan serta kemajuan ekonomi suatu bangsa.
2. Pemerintah perlu memberikan akses yang seluas-luasnya serta mendorong masyarakat melalui pendidikan dan latihan secara terus menerus untuk meningkatkan kreativitas, insiatif, gagasan dan inovasi serta berpikir positif dalam menghadapi tantangan.
3. Sebagai generasi penerus bangsa kita harus mampu membaca peluang serta karakteristik usaha yang disesuaikan kondisi dan perkembangan zaman.

DAFTAR PUSTAKA

Hendro. 2010. Kewirausahaan. Jakarta: Erlangga.
H. Ating Tedjasutisna. 2007. Memahami Kewirausahaan. Bandung: Armico
Herman Sriwijaya. 2007. Kewirausahaan. Jakarta: PT. Galaxy Puspa Mega