UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN KELAS X TKJ SMK NEGERI 4 GORONTALO (PTK)

Oleh.

Syamsiah, S.Pd

BAB I

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting bagi guru, siswa, dan masyarakat pada umumnya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penentu dalam kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Kualitas pendidikan adalah tanggug jawab semua pihak yang terlibat di dalamnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pendidik harus melakukan tugasnya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, sebab seorang guru berperan langsung membina siswa dalam interaksi dalam pembelajaran. Secara konseptual, guru merupakan sosok yang memiliki andil terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.

Pendidikan merupakan faktor penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Uno (2007:11), pendidikan adalah proses pemberdayaan yang di harapkanmampu memberdayakan peserta didik menjadi manusia yang cerdas, manusia yang berilmu dan berpengetahuan, serta manusia terdidik. Oleh karena itu, pendidikan yang baik akan melahirkan generasi yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.

Peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah membutuhkan profesionalisme mengajar guru yang diarahkan pada kreativitas mengajar. Kreativitas mengajar tersebut dapat menentukan keberhasilan siswa, baik hasil belajar, motivasi, minat maupun aktivitas belajarnya. Oleh karena itu, dalam mengajar guru harus menyesuaikan dengan gaya belajar siswa, dan tidak sebaliknya siswa yang menyesuaikan gaya mengajar guru. Guru sebagai tenaga pendidik memiliki kewajiban mencari, menemukan dan mampu memecahkan masalah-masalah belajar yang dihadapi oleh siswa. Masalah-masalah belajar yang sering dihadapi oleh siswa diantaranya adalah siswa kurang tertarik dengan metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar, guru terlalu mendominasi pembelajaran, dan hasil belajar siswa yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang diharapkan.

Sikap dan perilaku setiap guru merupakan modal dasar untuk mengembangkan dirinya namun kurangnya usaha untuk menggali dan mengembangkan potensi-potensi dirinya,  menyebabkan sistem mengajar guru menjadi monoton dan membosankan. Darmadi (2009:25) mengatakan bahwa tugas utama guru adalah mengembangkan potensi siswa secara maksimal lewat penyajian mata pelajaran. Setiap mata pelajaran, dibalik materi yang dapat disajikan secara jelas, memiliki nilai dan karakteristik tertentu yang mendasari materi itu sendiri oleh karena itu, pada hakekatnya setiap guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran, ia harus pula mengembangkan watak dan sifat yang mendasari mata pelajaran itu sendiri.

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu program dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang kurang bervariasi menyebabkan siswa merasa bosan dalam belajar. Selain itu tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik masih diperlukan pengawasan yang cukup dari guru. Dengan model ceramah kebanyakan siswa tidak dapat berkembang dan kurang berperan aktiv dalam proses pembelajaran serta pengetahuan yang diterima siswa kurang meluas. Pada umumnya guru masih menggunakan metode ceramah, membahas LKS, dan tanya jawab, yang mana dalam tanya jawab tersebut hanya siswa tertentu saja yang mau bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru sehingga pembelajaran kurang bervariasi. Hal tersebut menyebabkan hanya sebagian siswa yang cenderung belajar sendiri-sendiri dan ada pula yang merasa bosan, meremehkan guru, serta asis bermain bersama teman sebangkunya, sehingga akan membuat motivasi dan hasil belajar siswa yang rendah.

Model pembelajaran yang digunakan guru masih terkesan membosankan. Pada materi tertentu guru terkadang menggunakan model diskusi, sehingga sering dijumpai siswa yang masih tergantung pada teman atau guru, dan cenderung menjadi malas berfikir. Ketepatan guru dalam memvariasikan strategi belajar mengajar pada penyampaian materi, akan dapat merangsang siswa terlibat dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga apa yang di dapat siswa bukanlah merupakan kegiatan yang sia-sia atau tidak bermanfaat bagi siswa. Namun merupakan tantangan bagi seorang guru untuk terus memahami materi serta dapat menerapkan model pembelajaran yang bisa merangsang motivasi belajar kewirausahaan peserta didik, sehingga materi pembelajaran dapat di serap siswa secara bermakna.

SMK Negeri 4 Gorontalo merupakan salah satu bagian dari kegiatan pendidikan, sarana dan prasarana di sekolah inipun sudah cukup lengkap untuk memenuhi standar kegiatan belajar mengajar. Seperti tersedianya ruang kelas, terjaganya keamanan dan ketertiban lingkungan sekolah, tersedianya pengajar (guru) yang berkompeten di bidangnya. Dalam proses pembelajaran di- sekolah guru masih banyak menggunakan metode ceramah. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dan menjadi bosan dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga hasil belajar yang diperoleh tersebut rendah. Nilai ketuntasan minimal siswa yang ditetapkan oleh sekolah sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar secara kognitif, pada pelajaran kewirausahaan kelas X TKJ SMK Negeri 4 Gorontalo adalah 75. Berdasarkan hasil observasi  awal, bahwa dari data daftar nilai kelas X TKJ SMK Negeri 4 Gorontalo tahun pelajaran 2013/2014 pada pelajaran kewirausahaan diperoleh data sebagai berikut: dari 30 orang jumlah siswa hanya 10 orang atau 33,33% yang memenuhi standar ketuntasan sedangkan sisanya yaitu 20 orang atau 66.66% masih dibawah standar nilai ketuntasan.

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu “meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada meta pelajaran Kewirausahaan Kelas X TKJ  SMK Negeri 4 Gorontalo “.

  • Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di identifikasi masalah dalam penelitian sebagai berikut: (1) Model pembelajaran yang diterapkan kurang bervariasi  sehingga menyebabkan siswa merasa bosan. (2) Dalam proses pembelajaran guru masih mendominasi penggunaan metode ceramah sehingga siswa kurang berkembang dan berperan aktif dalam proses pembelajaran, (3) Masih rendahnya hasil belajar siswa.

  • Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi diatas, maka rumusan masalah yang didapat  dalam penelitian ini adalah “ apakah dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick, hasil belajar siswa pada mata pelajaran Kewirausahaan Kelas X TKJ  di SMK Negeri 4 Gorontalo akan meningkat?

  • Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa  melalui metode pembelajaran talking stick  dengan langkah – langkah sebagai berikut: (1) Melibatkan siswa langsung dalam pembelajaran, (2) Menumbuhkan keberanian dan kreatifitas siswa dalam  mengemukakan gagasan atau pendapat serta menyusun berbagai alternatif  pemecahan masalah, (3) Menerapkan model pembelajaran Talking Stick.

  • Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran kewirausahaan kelas X TKJ di SMK Negeri 4 Gorontalo dalam proses belajar mengajar.

  • Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

  • Meningkatakan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran kewirausahaan.
  • Digunakan sebagai referensi dalam memilih tehknik pembelajaran yang sesuai dengan konsep yang akan diajarkan, khusunya pelajaran komunikasi dan menjadikan model pembelajaran tipe Talking Stick sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
  • Digunakan sebagai bahan rujukan pembelajaran untuk memperbaiki kinerja proses belajar siswa disekolah yang menyenangkan dan menjadikan model pembelajaran tipe Talking Stick sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
  • Digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran tipe Talking Stick dalam rangka menemukan pembelajaran yang efektif.

 

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

 

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakekat Hasil Belajar

Muhibin (2001:91), belajar ditinjau dari sudut jumlah berarti kegiatan  pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Sedangkangkan menurut Gagne dalam Dimiyati dan mudjiono (2006:10) belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapasitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

Hasil belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga disebut sebagai prestasi belajar. Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Prestasi belajar juga dapat di artikan sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Prestasi belajar dapat bersifat tetap dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar dapat memberikan kepuasan kepada orang yang bersangkutan, khususnya orang yang sedang menuntut ilmu di sekolah. Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan.

Hasil belajar merupakan suatu proses perolehan siswa pada materi tertentu setelah mereka melaksanakan aktivitas belajar dalam jangka waktu tertentu pula. Hasil belajar yang diperoleh masing-masing siswa, biasanya akan diketahui setelah  guru melakukan penilaian dengan menggunakan tes, baik tes dalam bentuk pertanyaan- pertanyaan lisan maupun tulisan.

Berkaitan dangan hasil belajar, Hamalik (2001: 159) mengatakan bahwa hasil belajar adalah keseluruhan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penapsirandan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

Istilah hasil belajar dalam psikologi pembelajaran di kenal sebagai akibat sebagai perubahan belajar dan mengajar yang menghasilkan perubahan-perubahan perilaku yang dapat diukur secara kuantitatif dan kulitatif. Hal ini sejalan dengan Bloom (dalam Usman 1995:34) mendefinisikan hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi kongnitif, afektif, dan psikomotor.

Hasil belajar yang diharapkan adalah suatu kemampuan yang berada dalam kawasan ranah kognitif yang pailing bawah sampai hasil beajar menunjukan sikap siswa telah melakukan perbuatan belajar. Pada umunya meliputi pengetahuan dan sikap-sikap yang diharapakan tercapai oleh siswa.

Senada dengan hal tersebut Suyadi  (2001:15-16) menegaskan bahwa “hasil belajar akan berpengaruh positif apabila menunjukan penampilan kemampuan baru pada diri siswa dalam mengerjakan tugas maupun pada tes, yang diberikan secara baik dan benar sesuai dengan petunjuk dan alokasi waktu yang telah ditetapkan sebelumnya”. Memperoleh sebanyak mungkin pengalaman dan penarapan praktis  di lapangan, sehingga akan membawa pola pikir dan hasil belajarnya.

Blong dan Karth whohl (dalam Usman, 1995:34-33) mengemukakan bahwa hasil belajar itu mreliputi:a) Hal Ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif), b) kepribadian atau sikap  (efektif), c) keterampilan (psikomotorik). Selanjutnya, lingkup hasil  belajar yang diukur melalui tiga kawasan, mereka menunjukan apa yang mungkin dikuasai oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan tersebut.

  1. Kognitif, yang terdiri dari enam tingkat: (1) Pengtahuan (mengingat, menghafal), (2) Pemahaman (memeahami makna materi), (3) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah), (4) Analisis (menjabarkan suatu konsep), (5) Sistensi (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh), (6) Evaluasi (Membandingkan nilai-nilai ide, metode),  dan sebagainya.
  2. Psikomotorik yang terdiri dari lima tingkatan : (1) Peniruan (meniru gerak) (2) Penggunaan (menggunakan konseb untuk melakukan gerak), (3) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar), (4) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar), (5)  Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)

Afektif yang terdiri dari lima tingkatan : (1)  Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu), (2)  Merespon (aktif berpartisipasi), (3)  Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai tertentu), (4) Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai), (5) Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Djamarah dan Zain (2002: 121) mengemukakan bahwa setiap proses belajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai dimana hasil belajar yang telah dicapai. Proses belajar tidak mungkin dicapai begitu saja, banyak faktor yang mempengaruhi sehingga seorang anak mampu mencapai hasil atau keberhasilan dalam belajar.

Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu, Syah (2006: 144)  mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari dua faktor, yaitu faktor yang datang dari dalam diri individu siswa (internal factor), dan faktor yang datangnya dari luar diri individu siswa (external factor). Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor internal terdiri dari:

(1)  Faktor fisiologi

Seperti kondisi fisik dan kondisi indra, kondisi organ tubuh yang lemah apalagi jika disertai pusing kepala berat dapat menurunkan kualitas ranah cipta kognitif sehingga materi yang dipelajari pun kurang atau tidak berbekas.

(2)  Faktor Psikologis

Banyak faktor yang bersifat psikis yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yakni meliputi; bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif.

  • Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor yang datang dari luar diri siswa seperti:
  • Faktor keluarga, lingkungan keluarga merupakan faktor penting dalam membina dan membentuk kepribadian anak, bahkan dapat juga dikatakan lingkungan keluarga merupakan faktor dominan yang menentukan prestasi beleajar, seperti kewirausahaan keluarga suasana dalam rumah dan pengawasan orang tua.
  • Faktor sekolah, lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain kemampuan guru dalam menguasai materi-materi penyampaiannya merupakan syarat utama bagi pengajar, sarana dan prasana juga sangat menunjang proses belajar mengajar apalagi yang pada umumnya menggunakan metode mengajar dengan baik.
  • Faktor masyarakat, keadaan masyarakat juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Misalnya lingkungan masyarakat yang sering terjadi penyabung ayam, peminum dan sebagainya akan mempengaruhi anak kearah perbuatan yang tidak baik.

 

2.1.3 Penilaian Hasil Belajar

            Pada umumnya penilaian hasil belajar baik dalam bentuk formatif maupun sumatif telah dilaksanakan oleh guru melalui pertanyaan secara lisan atau akhir pengajaran guru yang memberikan penilaian terhadap hasil pengajaran (tes formatif) demikian juga tes sumatif yang dilakukan pada akhir program, seperti akhir caturwulan atau akhir semester. Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, rohani (2004:178-179).

2.1.4   Pembelajaran Kooperatif

Kooperatif berasal dari kata co (sama) dan operatif (melakukan). Dengan demikian koperatif dapat diartikan melakukan kegiatan secara bersama-sama. Menurut Tarigan (dalam sukri 2004:34) bahwa : “pembelajaran koperatif adalah pembelajaran yang menekankan aktifitas, dimana siswa belajar bersama dalam kelompok kecil untuk mempelajari materi dan mengerjakan tugas”. Dalam hal ini anggota kelompok bertanggung jawab akan kesuksesan kelompoknya. Pembelajara ini memnfaatkan bantuan siswa lain, untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran, karena siswa ada sering lebih paham apa yang akan disampaikan oleh temanya  dari pada gurunya. Bahasa yang digunakan oleh siswa lebih muda di tangkap siswa lain.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah) dan jika mementingkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, dan suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.

Menurut Nur (2000:69) semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan struktur penghargaan pada model pembelajaran koopertif berbeda sengan struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model pembelajaran yang lain.

Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerja sama pada tugas bersama harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial. Terdapat 6 langkah dalam model pembelajaran kooperatif yang terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

No Langkah Peran guru
1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajarandan mengkomunikasikan dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa
2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar Guru menginformasikan pengelompokkan siswa secara heterogen.
4 Membimbing kelompok belajar Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok belajar.
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar siswa tentang materi pembelajran yang telah dilaksanakan
6 Memberikan penghargaan Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.

 

  • Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick

Menurut Hamalik (2007:65), berbagai pendekatan dalam pembelajaran yang harus diketahui guru dapat dilakukan dengan empat cara yaitu: a) Pembelajaran penerimaan (Reception Learning), b) Pembelajaran penemuan (Discovery Learning), c) Pembelajaran penguasaan (Mistery Learning), dan d) Pembelajaran terpadu (Unit Learning).

Keempat pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan untuk melaksanakan pembelajaran dibutuhkan suatu metode sebagai alat pencapaian tujuan pembelajaran Depdiknas (2008:10) menjelaskan bahwa yang dimaksud metode adalah, “upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal”.

Menurut Gerlach dan Ely (dalam Uno: 2009:1) model pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih unutk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran yang dapat memberi pengalaman belajar peserta didik. Talking Sitck termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.

Menurut suyatno (2009:134-135), Talking Stick merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam model pembelajran inovatif yang berpusat pada siswa. Talking Stick adalah model pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Sedangkan menurut Suprijono (2012:109) pembelajaran dengan model Talking Stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan model Talking Stick diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini.

Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat itu tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya.  Ketika Stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya, sekitarnya dapat diiringi musik atau dengan bernyanyi.

2.1.6  Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick

menurut Suherman (2006:84) sintaks langkah-langkah pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut: (1) Guru menyiapkan tongkat (2) guru menyajikan materi pokok , (3) siswa mengulang kembali materi , (4) Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru (5) Tongkat di berikan kepada siswa lain dan guru memberikan pertanyaan lagi dan seterusnya, (6) Guru membimbing siswa, (7) Guru dan siswa menarik kesimpulan, (8) Guru melakukan refleksi proses pembelajaran, dan (9)  Siswa di berikan evaluasi.

Berdasarkan penjelasan Suherman diatas, maka pelaksanaan proses pembelajaran kewirausahaan untuk siswa kelas X TKJ melalui  penggunaan model pembelajaran tipe  Talking Stick dapat digambarkan sebagai berikut: (1) guru membuat media tongkat untuk keperluan bermain dalam proses pembelajaran, (2) guru menyajikan materi pelajaran secara klasikal, (3) Guru membagikan LKS yang harus dipelajari  dan dihafalkan siswa sesuai waktu yang diberikan, (4) Guru dan siswa memulai permainan talking stick dengan memberikan tongkat kepada salah satu siswa, (5) Siswa diinstruksikan untuk memberikan tongkat kepada siswa yang terdekat searah jarun jam, (6) Sambil memberikan tongkat, siswa dan guru bernyanyi bersama, (7) setelah bernyanyi atau guru memberi tanda tertentu, maka siswa yang memegang tongkat diberikan pertanyaan. Jika tidak dapat menjawab, guru memberikan hukuman positif, dapat berupa: bernyanyi di depan kelas, atau hal lain yang sifatnya menghibur, (8) Kegiatan memutar tongkat terus dilakukan hingga seluruh siswa mendapat kesempatan untuk diberikan pertanyaan oleh guru, (9) Guru dan siswa menarik kesimpulan bersama, diikuti dengan menutup pelajaran dengan berdoa bersama.

Model pembelajaran Talking Stick ini mempunyai kelebihan dan kekurangan yang dimaksud dalam model pembelajaran  Talking Stick antara lain :

  • Kelebihan: 1) menguji kesiapan siswa, 2) melatih membaca dan me                                                                                                                                                         mahami dengan cepat, 3) agar lebih giat belajar, 4) melatih kerja sama siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.
  • Kekurangan: Membuat siswa senam jantung, dalam artian waspada apabila tongkat sedang bergilir dan akan berhenti pada siswa tersebut, maka wajib menjawab soal, dengan demikian siswa harus siap menjawab pertanyaan yang akan diberikan guru, kalau tidak dapat menjawab, siswa tersebut mendapatkan sangsi dari guru.

 2.1.7  Substansi Pelajaran Kewirausahaan Kelas X TKJ SMK N 4 Gorontalo

Standar kompetensi  : Mengaktualisasikan Sikap dan Perilaku Wirausaha

Kompetensi dasar : – Mengembangkan Semangat Wirausaha
–      Membangun Komitmen Dalam Berwirausaha.

2.2  Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Jika digunakan model pembelajaran  Cooperatif tipe Talking Sick pada mata pelajaran Kewirausahaan, maka hasil belajar siswa kelas X TKJ di SMK NEGERI 4 GORONTALO, akan meningkat.

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Latar dan Karakteristik Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas (PTK) yang lokasi penelitiannya pada siswa kelas X TKJ SMK Negeri 4 Gorontalo. Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan selama ± 3 Bulan, yakni dari bulan april sampai juni 2013. Penetapan lokasi ini karena objek penelitian relevan dengan tujuan penelitian. Selain itu data yang akan digunakan sebagai bahan penelitian cukup memadai dan mudah untuk memperolehnya, baik dilihat dari segi waktu, biaya dan tenaga yang  diperlukan.

Siswa yang akan dikenai tindakan merupakan siswa yang memiliki tingkat kemampuan heterogen, yaitu pada siswa kelas  X TKJ yang  berjumlah 30 orang siswa, yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 15 orang  perempuan.

3.2 Variabel Penelitian

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini maka dapat dikemukakan bahwa variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.2.1 Variabel Input

Variabel input merupakan proses sebelum pembelajaran berlangsung seperti guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, dan lingkungan belajar.

 

 

3.2.2 Variabel Proses

Variabel ini merupakan proses selama pembelajaran berlangsung dapat di ukur melalui:

  • Cara guru menjelaskan materi
  • Cara guru dalam memeberikan contoh yang berhubungan dengan yang diajarkan
  • Setiap siswa mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
  • Setelah selesai, siswa mengerjakan soal.

3.2.3 Variabel Output

Variabel output merupakan variabel setelah pelaksanaan pembelajaran dapat diukur melalui:

  • Keingintahuan siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru.
  • Kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan.
  • Motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru.
  • Hasil belajar yang diperoleh siswa.
  • Tindakan perbaikan terhadap hasil yang dicapai oleh siswa.

3.3 Prosedur penelitian

Penelitian tindakan dilaksanakan dalam beberapa tahap , meliputi (1) tahap perencanaan (2) tahap pelaksanaan (3) tahap observarsi dan evaluasi, dan (4) tahap analisis dan refleksi.

3.3.1  Tahap Persiapan

Sebelum melaksanakan pembelajaran kooperatif yang harus dilakukan adalah tahap persiapan. Dalam tahap persiapan ini hal-hal yang harus dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

  • Meminta ijin kepada kepala sekolah tempat penelitian agar diberikan kesempatan melaksanakan penelitian tindakan kelas.
  • Menetapkan persiapan dan mengadakan wawancara dengan pihak yang membantu pelaksanaan tindakan.
  • Menyusun rencana pembelajaran.
  • Menyusun lembar observasi.
  • Mencatat alat evaluasi yang terdiri dari tongkat yang akan digunakan dalam pembelajaran serta test hasil

3.3.2  Tahap Pelaksanaan tindakan

Jika tahab persiapan sudah matang, maka tahab berikutnya adalah pelaksanaan tindakan yaitu menerapkan dan melaksanakan tindakan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan, apabila tidak menunjukkan hasil yang telah diharapkan maka diadakan peninjauan kembali terhadap prosedur serta merumuskan rencana penyempurnaan yang akan dilakukan dengan beberapa siklus. Setiap siklus dilaksanakan dengan sasaran perubahan yang ingin dicapai. Pelaksanaan tindakan ini dapat diuraikan dengan langkah-langkah:

  • Melaksanakan pembelajaran dikelas sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP)
  • Mengadakan pembelajaran Talking Stick
  • Memantau pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan unsur-unsur penunjang yang berupa lembar observasi pengamatan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan tes hasil belajar.
  • Mengadakan evaluasi dengan tes tertulis
  • Mengadakan analisis evaluasi hasil belajar, dan
  • Mengadakan refleksi dengan memperhatikan sejauh mana aktivitas guru, aktivitas siswa, dan motivasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar.

Jika pada pelaksanaan tindakan tersebut daya serap siswa belum mencapai ketuntasan belajar, artinya dari jumlah 30 siswa belum memperoleh nilai mencapai 75 keatas maka sebagai alternatif untuk menyempurnakan kesalahan yang terjadi akan ada pelaksanaan tindakan berikutnya.

3.3.3  Tahap Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru, pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan guru dan lembar pengamatan siswa. Observasi dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung. Selama proses belajar akan dilakukan observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Pedoman dalam observasi akan menggunakan proses pelaksanaan penelitian dan alat pengumpulan data untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

  • Pelaksanaan tindakan
  • Proses pembelajaran yang terlihat aktivitas guru dalam pemberian pelajaran.
  • Hasil belajar yang akan dicapai siswa dalam proses pembelajaran .
  • Data dan pengumpulannya
  • Data proses pembelajaran diperoleh melalui pelaksanaan tindakan observasi selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi kegiatan siswa.
  • Data tentang hasil belajar siswa akan diperoleh melalui penggunaan evaluasi pada pemberian pada pemberian evaluasi belajar.

3.3.4  Tahap Analisis dan Refleksi

Pada tahap analisis dan refleksi peneliti melakukan hal-hal berikut ini:

  • Data hasil belajar yang diperoleh dari pemberian evaluasi belajar berupa data kuantitatif dan akan dianilisi secara kualitatif
  • Data yang diperoleh dari lembar observasi berupa kegiatan guru dalam proses pembelajaran dalam bentuk kuantitatif dan dianalisis secara kualitatif.
  • Setiap akhir pemberian pelaksanaan tindakan.

3.4    Tehnik Pengumpulan Data

Pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data yang terdiri dari : (1) lembar pengamatan untuk menilai kegiatan guru, (2) lembar pengamatan untuk menilai kegiatan siswa, dan (3) lembar tes untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa.

3.5    Teknik Analisis Data

Seluruh data baik dari hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran menggunakan model  pembelajaran kooperatif tipe TalkingStick, maupun data aktivitas siswa serta data hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Talking Stick.

            Rumus yang digunakan untuk menghitung prosentase kegiatan guru dan siswa adalah:

1)Ketuntasan perseorangan = jumlah skor  x 100%

                                                       Skor total

2) Ketuntasan klasikal = jumlah siswa yang tuntas > 7,5 x 100

Jumlah siswa keseluruhan

3) Nilai rata-rata = Jumlah nilai

Jumlah siswa

3.6    Indikator Kinerja

Penelitian ini dikatakan berhasil jika terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Kewirausahaan, bila siswa memperoleh hasil belajar 75 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TalkingStick akan meningkat dari 33.33% menjadi 80%.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anwar, Sukri. 2003. Mengoptimalkan Hasil Belajar Siswa Melalui Kooperatif, SkripsiProgram Sarjana  : IKIP Negeri Gorontalo.

Bloom , 2004. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press.

Djamara, Zain 2002 Proses Hasil Belajar, Jakarta :Rineke Cipta

Darmadi Jambi. 2009. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung. Alfabeta

Hamalik Oemar. (2004). Proses Belajar Mengajar . Jakarta : PT. Bumi Aksara

—————-(2001). Pengertian Belajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Muhibin. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University  press

Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Musmedia Buana.

Suprijono, Agus. (2012) Cooperative Learning Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. PT Pustaka Belajar

Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineke Cipta

Thordike. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Uno, Hamzah. (2009). Teori Belajar dan Pembelajaran. Gorontalo : Nurul Jannah

Usman Uzer. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

http://www.scribd.com/doc/24529374/model-pembelajaran TipeTalkingStick-Kajian-Teori.